26 Agustus 2019

TIKAR HARUM

Pemanfaatan bahan bekas (Reuse) adalah salah satu langkah-langkah pemeliharaan dan pelestarian lingkungan di sekolah Adiwiyata
Di SMP Negeri 2 Saronggi, pemanfaatan bahan bekas juga diajarkan kepada siswa terintegrasi dalam mata pelajaran.
Pada mata pelajaran Prakarya siswa kelas 7D diajarkan memanfaatkan bungkus bekas sabun detergensachet. Pertama kali yang harus dilaksanakan siswa adalah mengumpulkan atau menyimpan bungkus sabun detergen. Masing-masing siswa nantinya diharapkan membawa kurang lebih 20 bungkus.
Jika sudah siap, siswa memulai membuat tikar, mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Bungkus sabun detergen digunting, dirapikan sehingga memiliki ukuran yang sama.
  2. Selanjutnya, bungkus disambung satu persatu menggunakan isolasi agar sambungan tidak bergerak dan rapi. 
  3. Bagian tepi ditutup dengan isolasi warna hitam. 
  4. Selanjutnya rangkaian dijahit agar kuat. Akhirnya, jadilah sebuah tikar berbau harum dengan warna-warni cantik sebagaimana terlihat pada gambar berikut (#Nurul).

25 Agustus 2019

JUM'AT KREATIF SMPN 2 SARONGGI

Sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional dan saat ini menjadi Calon Sekolah Adiwiyata Mandiri (CSAM) pendidikan tentang Lingkungan Hidup menjadi jargon dan pendukung eksistensi SMPN 2 Saronggi sebagai sekolah Adiwiyata.
Pada Tahun Ajaran Baru 2019/2020, SMPN 2 Saronggi melaksanakan program baru “Jum’at Kreatif”. Setiap bulan sekali siswa akan belajar sekaligus melakukan pembiasaan Peduli lingkungan.
Kegiatan pertama Jumat Kreatif dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2019, siswa baru (kelas 7) diajarkan membuat dua jenis tempat sampah (organik dan anorganik) dari kotak kardus bekas. Dari kegiatan tersebut siswa belajar memilah sampah, sekaligus membiasakan diri membuang sampah pada tempat sampah yang telah mereka buat.
Berdasarkan pengamatan, mayoritas siswa menjadi lebih bertanggungjawab membuang sampah pada tempatnya berdasarkan jenis sampah karena tumbuhnya rasa menghargai tempat sampah buatan sendiri.
Pada bulan September, siswa kelas 8 melukis polo' yang terbuat dari tanah liat untuk kemudian dijadikan pot gantung dengan tali rami yang juga berbahan ramah lingkungan. Pot gantung selanjutnya ditanami tanaman hias, digantung di depan kelas, untuk dirawat/disiram oleh petugas piket kelas masing-masing. Siswa melihat dengan pot gantung tersebut, sekolah menjadi lebih asri.
Tujuan kedua kegiatan di atas adalah mengajarkan pentingnya pelestarian lingkungan melalui pemanfaatan barang bekas, penggunaan bahan ramah lingkungan, dan perindangan melalui penanaman tanaman hias.
Diharapkan, siswa memahami bahwa kepedulian terhadap lingkungan adalah menjadi tanggung jawab bersama untuk keberlangsungan hidup manusia. Kondisi sekolah bersih, indah, dan sehat akan membuat siswa betah dan nyaman menjalani kegiatan pembelajaran (#evakartika)

BERJUTA MANFAAT MARONGGI

Pada tahun ajaran baru 2019/2020, SMPN 2 Saronggi membuat kebijakan akan menggunakan tanaman Maronggi (Kelor) sebagai icon atau jargon.
Sebagaimana diketahui bahwa maronggi mudah tumbuh, mudah ditemukan di wilayah Sumenep, dan memiliki banyak manfaat. Maronggi, selain dapat dimakan sebagai sayur masakan khas Sumenep, dapat juga digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, misalnya kolesterol, tekanan darah tinggi, menyehatkan pencernaan, menurunkan kadar gula, menyehatkan mata, gizi ibu menyusui, anti oksidan dan lain-lain.
Maronggi juga bisa digunakan sebagai bahan pewarna alami untuk membuat kue atau makanan. Yang terakhir maronggi dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan pupuk alami.
Berdasarkan manfaat yang luar biasa tersebut,melalui ekstrakurikuler PLH, yang selanjutnya dipadukan dengan pembelajaran mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn, IPS, Pendidikan Agama dan lain-lain, siswa-siswa SMPN 2 Saronggi melakukan penanaman tanaman maronggi di sekeliling dan di lahan-lahan kosong sekolah.
Besar harapan, semoga saat maronggi telah tumbuh dengan daun yang lebat, siswa di bawah bimbingan guru dapat belajar bahwa penanaman maronggi bermanfaat untuk:
  1. Perindangan, sekolah menjadi sejuk karena oksigen yang dihasilkan dan naungan daun-daun maronggi
  2. Siswa ke depan dapat belajar bagaimana membuat pupuk alami “Tonggi” (calatthong-maronggi)
  3. Siswa belajar bagaimana membuat kue menggunakan pewarna alami dari daun maronggi
  4. Hasil olahan maronggi dapat dipasarkan dengan kata lain memiliki nilai ekonomis tinggi
  5. Siswa menyadari kekuasaan dan kemurahan Allah (#tepnofebriagung).